Senin, 07 Juni 2010

DARUL HIJRAH PUTRI LULUSKAN 48 SANTRIWATI

Batung, ADH

Tahun pelajaran 2009/2010 di Ponpes Darul Hijrah Puteri hampir berakhir. Namun begitu, Darul Hijrah Puteri sudah memastikan diri meluluskan 48 santriwati yang datang dari berbagai daerah. Hal tersebut terlihat dalam pelaksanaan Haflatul Ikhtitam kelas akhir (kelas XII) pada 6 Juni 2010, di lapangan utama Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri.Acara tersebut selain dihadiri oleh para santriwati, pengurus Organisasi Santriwati Darul Hijrah Putri (OSDA), dan para dewan guru, juga dihadiri para petinggi Dewan Pembina, Yayasan, dan Pimpinan Pondok Pesantren Darul Hijrah Puteri. Selain itu, tentu saja dihadiri oleh para wali santriwati kelas akhir yang akan segera menjemput anak-anaknya yang telah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri.

Dalam sambutannya, Pimpinan Pondok, Drs. H. Syahrudi Ramli, menyatakan bahwa pendidikan di Darul Hijrah Puteri berorientasi pada bagaimana membentuk generasi muslimah yang ahli ibadah, seperti halnya Siti Maryam yang mendapat anugerah Tuhan hanya dengan menghabiskan waktunya di mihrab masjid. Santriwati juga dididik untuk menjadi seperti Siti Aisyah yang ahli ilmu pengetahuan dan cerdas. Di darul Hijrah, mereka juga dididik agar jadi Siti Khadijah yang ahli dalam bidang-bidang keduniawian. “Maka sempurnalah sudah seorang muslimah jika mampu mencontoh figur-figur wanita shalehah itu, dan Darul Hijrah mengharapkan bahwa alumni-alumninya sukses dalam ketiga hal tersebut”, terang beliau.

Puncak acara ini adalah pengukuhan 48 santriwati sebagai alumni Ponpes Darul Hijrah Putri yang secara langsung dikukuhkan oleh Pimpinan Pondok. “Mereka adalah santriwati-santriwati yang tidak hanya lulus dalam menuntut ilmu, tetapi juga lulus dalam menghadapi cobaan dan rintangan selama hidup di pondok. Banyak santriwati yang tidak mampu menghadapi gejolak hidup di pondok dan berhenti di tengah jalan, sehingga kelulusan mereka merupakan sesuatu yang sangat luar biasa”, kata Pimpinan Pondok.

Noor Indah Sari selaku ketua marhalah (angkatan) ke-11 santriwati Darul Hijrah Putri dalam sambutannya menyampaikan kebahagiaan dan kebanggaan yang sangat besar karena berhasil menempuh pendidikan dan menjadi alumni Ponpes Darul Hijrah Putri. "Ini merupakan hal yang fantastis bagi kami, sebab menuntut ilmu di pondok, baik selama enam tahun maupun empat tahun, bukanlah hal yang mudah", terang santriwati yang biasa dipanggil Iin tersebut. Mewakili seluruh santriwati kelas akhir, Iin juga menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih kepada ustadz-ustadzah yang telah mengayomi dan membimbing mereka selama belajar di pondok.

Minggu, 06 Juni 2010

DARUL HIJRAH KUTUK ISRAEL

Batung, ADH

Tragedi yang terjadi baru-baru ini mengenai serangan militer Israel terhadap kapal relawan Gaza, Mavi Marmara, yang membawa lebih dari 10 ton bantuan kemanusiaan bagi rakyat kota Gaza di Palestina mengundang reaksi keras dari berbagai pihak. Terlebih, serangan tersebut menewaskan sedikitnya 16 sukarelawan termasuk warga negara Indonesia yang notabene terdiri atas warga sipil. Meskipun berdalih sebagai bentuk pembelaan diri, sebagaimana dinyatakan oleh Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, kebiadaban Israel lanjutan ini sontak mendesak pihak Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri untuk mengambil sikap.

Dalam hal ini, Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri mengutuk keras serangan militer Israel tersebut. Hal ini dinyatakan dengan tegas oleh Wakil Ketua Bidang Pengasuhan Santriwati, Ustadz Muhammad Hanafi. Menurut beliau, kejadian yang terjadi merupakan bukti bahwa aksi teror yang sesungguhnya bukanlah yang dilakukan kelompok muslim garis keras, melainkan teror sesungguhnya adalah Israel. “Untuk itu sebagai sesama muslim, kami berdoa semoga rakyat Palestina dapat bersabar dan dapat mengambil kembali kemerdekaan mereka, dan semoga Allah membalas semua perlakuan Israel yang biadab itu”, kata beliau, ketika ditemui di sela-sela kesibukannya mengelola dan mengurus pesantren pada 5 Juni 2010 yang lalu.

Ditanya apakah Darul Hijrah Putri melaksanakan aksi nyata dalam menyikapi tragedi Israel-Palestina itu, Ustadz M. Hanafi mengatakan bahwa Ponpes Darul Hijrah Putri, selain melakukan shalat hajat bersama, menghimpun dana kemanusiaan sebagai bantuan untuk rakyat Palestina. “Kami akan menghimpun dana dari santriwati dan asatidzah (dewan guru) yang nantinya akan kami salurkan lewat lembaga-lembaga kemanusiaan untuk diserahkan kepada Palestina”, kata beliau.

Al-Quran telah seringkali menceritakan dan memberikan gambaran bahwa keluarga Bani Israil, yang merupakan nenek moyang bangsa Israel sekarang, memang para pengkhianat dan suka membunuh nabi-nabi. Semoga Allah memberi mereka azab yang pedih.

Senin, 31 Mei 2010

SANTRIWATI RAME-RAME BEDAH BUKU




Batung, ADH

“Buku adalah jendela dunia, ungkapan ini memang telah terbukti kebenarannya selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, pembudayaan membaca buku harus selalu digalakkan agar tidak ada lagi sekat antara pengetahuan dengan pelajar”. Demikian disampaikan Direktur Pondok Darul Hijrah Putri, Drs. H. Syahrudi Ramli dalam sambutannya membuka acara Bedah Buku yang berlangsung pada Jumat, 28 Mei 2010 yang lalu di Masjid Pondok Al-‘Azmu li Ahlil Khair, Ponpes Darul Hijrah Putri.

Buku yang dibedah dalam acara ini berjudul “Perempuan Bidadari”, ditulis oleh penulis muda Budi Saputra, atau yang lebih dikenal kalangan pembaca buku remaja dengan nama Chio, yang saat itu hadir di hadapan santriwati Darul Hijrah Putri sebagai pembedah. Chio juga menulis buku-buku lain yang cukup dikenal seperti “Jangan Sadarin Cowok”, “Jangan Sadarin Cewek”, “Jangan Sadarin Jilbaber”, “Jangan Sadarin Mahasiswa”, yang hampir kesemuanya membahas seputar perilaku remaja putri muslimah. Chio ditemani oleh seorang penulis muda lain yang juga dosen di lingkungan FKIP Unlam Banjarmasin, Abay Abu Hamzah.


Buku “Perempuan Bidadari” berisikan nasihat-nasihat tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan muslimah bertingkah laku, bersikap, dan berdisiplin, sesuai dengan tuntunan akhlak agamanya, di samping juga berisi kritik-kritik terhadap pola hidup muslimah kebanyakan.


Acara ini dihadiri oleh seluruh santriwati Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri yang nampaknya sangat antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut. “Semoga kegiatan seperti ini sering dilaksanakan di pondok”, komentar salah seorang santriwati.


Senin, 24 Mei 2010

KAPOLDA SAMPAIKAN KULIAH UMUM


Batung, ADH.

Dalam rangka menjalin silaturrahmi dan kekerabatan antara kepolisian dengan pesantren, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) mengunjungi Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri pada Senin 24 Mei 2010. Kunjungan ini juga diisi dengan Studium General bertajuk “Membangun Pribadi Berdisiplin” yang disampaikan langsung Bapak Kapolda, Brigjen. Pol. Dr. H. Untung S. Rajab, Drs., SH, dengan diikuti oleh seluruh dewan asatidzah dan santriwati Ponpes Darul Hijrah Putri. Kedatangan Kapolda disambut secara langsung oleh Direktur Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri, Ustadz Drs. H. Syahrudi Ramli, beserta dewanasatidzah dan jajaran pengurus Organisasi Santri Darul Hijrah Putri (OSDA).

Dalam kuliahnya Kapolda menyampaikan tentang pentingnya berdisiplin, sebab disiplin adalah kewajiban agar hidup tertata dan kemenangan tercapai. “Tidak berdisiplin justru bisa berakibat fatal, lihat misalnya kisah tentang perang Uhud, ketika tentara Islam yang sudah hampir menang, mengalami kekalahan besar karena mereka tidak disiplin”, terang beliau. Kapolda juga menyatakan bahwa tempat pendidikan disiplin yang paling baik adalah pondok pesantren, sebab menurut beliau, pondok pesantren selalu menaruh perhatian lebih kepada penanaman akhlak, “untuk tujuan akhlaqul karimah itu hanya bisa dicapai dengan kehidupan berdisiplin”, jelas beliau lagi. Selain itu, beliau juga menegaskan, pesantren adalah tempat para pelajar tinggal, tidur di sana, makan di sana, dan besar di sana, sehingga penanaman hidup berdisiplin lebih mudah diterapkan di pesantren daripada di sekolah umum.

Dalam acara ini, selain mendapatkan kenang-kenangan dari Direktur Pondok, juga menyerahkan secara simbolis Tali Asih untuk Ponpes Darul Hijrah Putri berupa sebuah LCD TV dan hadiah-hadiah untuk santriwati-santriwati berprestasi dalam berbagai ajang lomba yang pernah diikuti, yakni juara 1 Syahril Qu`ran atas nama Shofiaty Musyarafah, Juara 1 lomba pidato Pospenas tingkat Provinsi, Diana Rahmah, dan Da’iyah terbaik 1 Kab. Banjar, Fitria.

Di bagian lain kuliahnya, Kapolda juga memberikan nasihat penting, “beribadahlah kepada Allah dan semata-mata kepada Allah, jangan beribadah kepada simbol-simbol”.

ASYIKNYA MENGENAL TUHAN (Merangsang Minat Belajar Ilmu Tauhid)



Oleh: Yunizar Ramadhani

Tulisan ini kupersembahkan terkhusus untuk santri-santriku kelas 2 SMP Darul Hijrah Putra, dan untuk seluruh santri dan santriwati PP. Darul Hijrah Putra dan Putri.

Tuhan sebagai objek pengetahuan telah menjadi fenomena unik sekaligus bahan pembicaraan yang sangat menarik. Jika kamu membaca buku karangan Karen Amstrong berjudul “A History of God”, maka kamu akan menemukan bentuk-bentuk pengetahuan dan konsep-konsep tentang Tuhan dalam pemahaman berbagai tradisi dan dialektikanya (perjalanan suatu konsep pengetahuan), khususnya tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam. Meski terbatas pada ketiga tradisi agama samawi tersebut, namun si pengarang tampaknya mencoba menunjukkan dua hal: pertama, bahwa ada pola dialektika yang hampir sama, jika tidak dikatakan sama, dalam setiap tradisi agama dalam memahami Tuhan; dan kedua, bahwa betapa Tuhan selain sebagai objek sesembahan, Ia juga merupakan instrument penting dalam pola pengetahuan manusia dan berpengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan dalam kasus-kasus belakangan terkadang merangsang adanya tindak kekerasan. Ketika manusia berada dalam suatu permasalahan serius yang mengganggu ketenteraman jiwa, Tuhan menjadi sandaran primer yang memotivasi harapan dan dorongan semangat. Atau di lain pihak, sebagai sandaran teoritis bagi kepentingan tertentu.

Namun begitu, ana berpendapat bahwa dari sekian banyak pemahaman tentang Tuhan, hanya “Tuhan” dalam konsep Islam-lah yang paling sempurna – di sini ana mencoba untuk berada pada posisi sebagai seorang pengamat, bukan sebagai seorang Muslim, meskipun hal tersebut tak akan pernah berhasil. Dikatakan paling sempurna karena Allah digambarkan dalam Al-Quran dan Hadits dengan pola pikir atau logika yang sempurna, tidak ada cacat dalam setiap premis-premisnya (urutan-urutan logika), sehingga secara rasional pemahaman tentang Allah memuaskan akal. Kalaupun ada perbedaan pendapat mengenai Tuhan, sebagaimana terjadi dalam sejarah perdebatan Kalam (ilmu perbincangan tentang Tuhan dan segala hal yang berhubungan dengan-Nya), itu hanya terbatas pada wilayah furu’iyah (cabang) saja, bukan pada konsep inti Tuhan.

Selain itu, konsep Tuhan dalam Islam tidak rumit dan berbelit-belit, sebab Allah tersaji dalam satu bangunan ilmu, yakni Tauhid, yang didasarkan pada asas agama Islam yaitu bahwa Allah itu Maha Esa. Bahwa Allah itu Tunggal, dan ketunggalan-Nya itu suci (Subhanallah, Maha Suci Allah), tanpa rentetan keterangan lanjutan yang justru mengganggu ketunggalan-Nya. Allah itu Satu, satu-satunya tempat berlindung, tidak beranak dan diperanakkan, tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya (Fahami surah Al-Ikhlas: 1-4). Ke-Satu-an-Nya adalah satu-satunya keterangan tentang Allah, sehingga akal hanya bekerja dalam upaya memahami ketunggalan-Nya. Keesaan Allah yang disampaikan Rasulullah merupakan kritik terhadap pemahaman keliru, lebih tepatnya diselewengkan, tentang Allah dalam faham agama-agama Ibrahimi (Yahudi dan Kristen) dan mengembalikan konsep Tuhan pada faham yang hanif sebagaimana diwahyukan kepada Nabi Ibrahim. Karena itulah, istilah “Allah” sebagai nama Tuhan telah dikenal masyarakat arab jauh sebelum Rasulullah menerima visi ilahi (wahyu), namun kemudian Muhammad Rasulullah menebalkan pengucapan huruf laam dari kata “Allah” sebagai simbol perbaikan konsep Tuhan yang Waahid (satu) dalam kerangka ilmu ketuhanan sangat sederhana,Tauhid.

Bandingkan, misalnya, dengan Tuhan dalam pemahaman agama Hindu, dimana Brahman merupakan wujud Tuhan yang complicated. Tuhan bagi Hindu bukanlah Diri atau Individu, sehingga tidak dapat dicapai dalam kerangka pengetahuan logis, namun Hinduisme menyediakan berbagai istilah bagi Tuhan sesuai “konteks kerja”-nya. Pada saat Tuhan menciptakan alam, maka Ia disebut “Brahman” Setelah alam tercipta Tuhan mengurus alam dan pada saat inilah Tuhan bernama “Visnu”. Pada periode ini Tuhan mengawasi seluruh kehidupan di dunia dan dalam kondisi tertentu, Ia turun langsung ke bumi untuk menertibkan keadaan. Saat itu Visnu menjelma dalam berbagai wujud sesuai dengan peristiwa atau kondisi yang ingin Ia tertibkan. Penjelmaan-Nya ini disebut “Avatar”. Orang-orang Hindu meyakini bahwa dalam kehidupan kita sekarang yang mendekati hari kiamat (pralaya), Visnu telah turun ke dunia sembilan kali dan akan kembali turun untuk kesepuluh kali menjelang kehancuran bumi dalam wujud seorang pria bernama Kalki – demikian diceritakan mitologi Hindu (purana). Terakhir Tuhan akan mengkiamatkan dunia dalam nama “Shiva”.

Kemudahan pemahaman tentang Tuhan dalam Islam merupakan suatu optimisme bagi kita dalam mempelajari ilmu Tauhid. Allah nampaknya memang telah menyediakan suatu jalan berfikir yang gampang bagi hamba-hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya, sebab Islam sebagai sebuah agama menghendaki kehidupan yang sejahtera bagi manusia tanpa harus banyak berputar-putar pada teori dan konsep. Adanya alam semesta dan segala isinya merupakan tanda-tanda yang telah dipampang oleh Allah agar Ia dapat dikenal dan kemudian didekati, dan itu hanya dapat berhasil bagi manusia yang benar-benar ingin mengenal-Nya dengan jalan mengingat-Nya dan selalu berfikir tentang struktur, sistem perubahan, dan segala kejadian yang ada pada alam semesta.

Mengenal Allah akan mendekatkan diri kita pada-Nya. Kedekatan kita dengan Sang Pencipta dan Penyusun alam, termasuk diri kita, akan membawa kepada kedamaian dan ketenangan jiwa. Mereka yang beriman dan selalu mendekatkan diri pada-Nya pasti tidak akan pernah merasa takut (khauf) dan bersedih (hazn). Perasaan tersebut dapat dinikmati dengan jalan Tauhid, sebab ilmu ketuhanan ini berisikan keterangan-keterangan tentang Tuhan beserta sifat-sifat-Nya yang jika difahami dan dikuasai dengan benar akan menenteramkan jiwa.

Ana akan mengambil contoh dari pernyataan bahwa Allah memiliki sifat Jaiz (boleh), yakni fi’lul mumkinat au tarkuha (berbuat segala hal yang mungkin atau tidak memperbuatnya, Lihat Kitabus Sa’adah). Dengan sifat-Nya ini Allah dapat melakukan apa saja dalam hidup kita, apakah Ia menjadikan kita orang yang sukses ataukah orang yang gagal, dan Dia menentukan hidup kita dengan kehendak-Nya (iradah). Namun dengan sifat cinta dan kasih sayang-Nya Allah bukannya semena-mena dalam menentukan nasib. Ia mengawasi terlebih dahulu bagaimana kesiapan kita untuk menerima nasib yang Ia tentukan. Jika kita ingin menjadi sukses, kita harus mempersiapkan diri dengan belajar, memperbaiki diri dan kinerja, menjaga tubuh dan hati dari perbuatan tercela. Dengan kesiapan kita untuk menerima maka Tuhan tidak akan segan-segan memberi kita kesuksesan. Sebaliknya, jika kita tidak mampu menunjukkan diri kita siap untuk menjadi sukses karena diliputi rasa malas, kinerja kurang baik, atau sering berbuat maksiat, maka Allah juga tidak segan-segan memberikan kita kemalangan. Dengan pemahaman Tauhid semacam ini, yakni Tauhid Aplikatif, atau Tauhid yang dapat diaplikasikan karena dekat dengan kehidupan sehari-hari, maka kita akan merasakan rasa yang menenangkan setelah mendapatkan kegagalan dalam belajar, sebab kegagalan itu terjadi karena kita tidak siap untuk menerima rizki dan anugrah dari Tuhan. Di sini kita menemukan jawaban akan suatu kemalangan, sehingga perasaan sakit akan segera hilang dan kita segera melakukan evaluasi dan perbaikan. Hati dan jiwa pun menjadi tenang, dan bahkan lebih dari itu, membentuk kepribadian kita menjadi suci, penuh rasa optimis, intelejensi emosi yang baik dan tercerahkan.

Tauhid adalah bidang terpenting dalam agama dan (seharusnya) menjadi prioritas utama dalam pendidikan Islam. Maka dari itu, belajar Tauhid harus dikedepankan dalam rangka mencapai kebahagiaan dan akhirat.